Jumat, 28 November 2014

citra ikonos

Peta Objek PBB Hasil Identifikasi Citra Ikonos
Abstrak. Citra Ikonos adalah citra satelit yang memiliki resolusi spasial tinggi dengan ketelitian piksel satu meter untuk pankromatik dan empat  meter untuk multispektral. Spesifkasi ini memberikan citra ikonos kemampuan merekam obyek sebesar satu meter. Oleh karena itu penggunaan citra Ikonos untuk mengidentifikasi obyek Pajak Bumi dan bangunan (PBB) sangat dimungkinkan.Untuk mengetahui kemampuan citra Ikonos dalam identifikasi objek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat ketelitian interpretasi citra Ikonos untuk identifikasi objek PBB, memetakan obyek PBB berdasarkan hasil interpretasi citra Ikonos, dan mengevaluasi Peta Blok dari hasil survey lapangan menggunakan peta hasil interpretasi citra Ikonos.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif geografi.Pengumpulan data dilakukan melalui interpretasi citra Ikonos, uji lapangan, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang dilakukan adalah analisis tingkat interpretasi citra, analisis peta, dan analisis overlay. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tingkat interpretasi citra Ikonos untuk identifikasi obyek PBB adalah 89,54% dan kesalahan komisi adalah 10,46%. Hasil evaluasi peta Blok menggunakan hasil intrepretasi citra Ikonos terdapat 269 obyek pajak belum terdaftar dalam peta Blok PBB.Dapat disimpulkan bahwa citra Ikonos dapat digunakan sebagai sumber data utama untuk identifikasi objek
Key words :citra ikonos, interpretasi citra, identifikasi obyek, penginderaan jauh, obyek Pajak Bumi dan Bangunan.
Pengantar
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap objek, daerah atau gejala yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1990: 5).
Pengumpulan data dalam penginderaan jauh dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan sensor buatan.Sensor merekam tenaga yang dipantulkan atau dipancarkan oleh objek di permukaan bumi.Setelah diproses, rekaman tenaga ini membuahkan data penginderaan jauh.Dengan melakukan analisis terhadap data yang terkumpul ini dapat diperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala yang dikaji.
Citra penginderaan jauh merupakan gambaran yang menyerupai wujud asli dari objek yang direkam.Identifikasi objek di lapangan melalui citra dapat dilakukan dengan intepretasi atau penafsiran citra penginderaan jauh, agar dapat menilai arti pentingnya objek tersebut (Purwadhi, 2001: 22).Kualitas objek yang terekam pada citra bergantung pada resolusi citra tersebut.Menurut Purwadhi (2001: 18-19), resolusi adalah parameter limit atau daya pisah objek yang masih dapat dibedakan.
Ikonos adalah satelit milik Space Imaging (USA) yang diluncurkan bulan September 1999 dan menyediakan data untuk tujuan komersial pada awal 2000.Ikonos adalah satelit dengan resolusi spasial tinggi yang merekam data multispektral 4 kanal pada resolusi 4 m dan sebuah kanal pankromatik dengan resolusi satu meter.Ini berarti Ikonos merupakan satelit komersial pertama yang dapat membuat image beresolusi tinggi (Rovicky, 2006: 1). Spesifikasi ini memberikan kemampuan Citra Ikonos untuk dapat merekam obyek lebih detai dibandingkan dengan citra lain yang memiliki resolusi spasial yang lebih rendah.Karakteristik satelit ikonos diperlihatkan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Satelit Ikonos
Elemen
Keterangan
Launch Date
24 September 1999
Vandenberg Air Force Base, California
Operational Life
Over 7 Years
Orbit
98.1 degree, sun synchronous
Speed on Orbit
7.5 kilometers (4.7 miles) per second
Speed Over the Ground
6.8 kilometers (4.2 miles) per second
Number of Revolutions Around the Earth
14.7 every 24 hours
Orbit Time Around the Earth
98 minutes
Altitude
681 kilometers (423 miles)
Resolution
Nadir: 0.82 meters (2.7 feet) panchromatic 3.2 meters (10.5 feet) multispectral 26° Off-Nadir 1.0 meter (3.3 feet) panchromatic 4.0 meters (13.1 feet) multispectral
Image Swath
11.3 kilometers (7.0 miles) at nadir
13.8 kilometers (8.6 miles at 26° off-nadir)
Equator Crossing Time
Nominally 10:30 a.m. solar time
Revisit Time
Approximately 3 days at 1-meter resolution, 40° latitude
Dynamic Range
11-bits per pixel
Image Bands
Panchromatic, blue, green, red, near infrared
Sumber: Space Imaging (2003: 1)

citra landsaat

Citra Landsat

Landsat adalah salah satu wahana penginderaan jauh yang  diluncurkan pertama kali pada tahun 1972 (Sutanto, 1994).
url
Satelit Landsat
  • Landsat 1 (mulanya dinamakan Earth Resources Technology Satellite 1) – diluncurkan 23 Juli 1972, operasi berakhir tahun 1978
  • Landsat 2 – diluncurkan 22 Januari 1975, berakhir 1981
  • Landsat 3 – diluncurkan 5 Maret 1978, berakhir 1983
  • Landsat 4 – diluncurkan 16 Juli 1982, berakhir 1993
  • Landsat 5 – diluncurkan 1 Maret 1984, masih berfungsi
  • Landsat 6 – diluncurkan 5 Oktober 1993, gagal mencapai orbit
  • Landsat 7 – diluncurkan 15 April 1999, masih berfungsi (sekarang sensor bermasalah (stripping))
  • Landsat 8 – 2013 ?? (indonesia siap gunakan (LAPAN))
Satelit landsat memiliki dua buah sensor yaitu Multi Spectral Scanner (MSS) dan Tematic Mapper (TM). Sensor TM mempunyai resolusi sampai 30 x 30 m, dan bekerja mengumpulkan data permukaan bumi dan luas sapuan 185 km x 185 km. sedangkan resolusi radiometriknya 8 bit, yang berarti setiap pixel mempunyai nilai jangkauan data dari 0-225. Sensor TM  merupakan system yang sangat kompleks yang memerlukan toleransi (kelonggaran) pembuatan yang sangat kecil, sehingga tidak memungkinkan dibuat penyempurnaan di masa mendatang untuk memperkecil resolusi spasial sampai dibawah 20 M (Butler, S.1988).
url
Citra Landsat (SLC-on (Scan Line Corrector-on))
Ketersediaan data citra satelit dalam bentuk berbeda telah menarik melimpahnya aplikasi untuk pemetaan penggunaan lahan dan penutup lahan medan. Keuntungan data satelit adalah dalam jumlah besar. Untuk tujuan pemetaan penggunaan lahan, liputan luas dan berulang di hasilkan oleh wahana satelit khususnya penting melihat biasa efektif pengumpulan dan kemudahan meng-update data penggunaan lahan.
alabaugh1
Citra Landsat (SLC-off (Scan Line Corrector-off))
Penggunaan citra Landsat untuk pemetaan penggunaan lahan khusunya telah populer di negara-negara berkembang untuk mempercepat perolehan data yang diperlukan atau untuk meng-update data lama. Biasanya, pendekatan multitingkat dipakai. Pendekatan ini berarti interkorelasi dari seluru data yang ada, data kebenaran lapangan, fotografi udara, dan data satelit. Citra landsat menggambarkan seluruh gambaran tentang daerah/negara yang membentuk basis untuk pengumpulan data lebih detail menggunakan kombinasi kerja lapangan dengan fotografi udara.

Citra satelit aster

ASTER (Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer) adalah instrumen/sensor yang dipasang pada satelit Terra, yang diluncurkan pada Desember 1999, dimana ini merupakan bagian dari NASA's Earth Observing System (EOS) bekerja sama dengan Jepang. ASTER digunakan untuk pemetaan land surface temperature, emissivity, reflectance dan elevation.
ASTER digunakan untuk pemetaan land surface temperature, emissivity, reflectance dan elevation. ASTER terdiri dari tiga subsystems: VNIR, SWIR, TIR. 3 channels di visible dan near IR dengan resolusi spasial 15 m. SWIR-mempunyai 6 channels dalam shortwave IR dengan resolusi spasial 30m. TIR-mempunyai 5 channels dalam thermal IR dengan resolusi spasial 90 m. Lebar liputan 60km. Orbit: 705 km altitude, polar .Orbit period: 98.88 minute.
ASTER
bands
Spektrum
(mikrometer)
1 (VNIR)
0.520 - 0.600
2 (VNIR)
0.630 - 0.690
3 (VNIR)
0.760 - 0.860
4 (SWIR)
1.600 - 1.700
5 (SWIR)
2.145 - 2.185
6 (SWIR)
2.185 - 2.225
7 (SWIR)
2.235 - 2.285
8 (SWIR)
2.295 - 2.365
9 (SWIR)
2.360 - 2.430
10 (TIR)
8.125 - 8.475
11 (TIR)
8.475 - 8.825
12 (TIR)
8.925 - 9.275
13 (TIR)
10.25 - 10.95      

citra satelit NOAA

Satelit NOAA (National Ocean and Atmospheric Administration) adalah satelit cuaca yang dioperasikan oleh National Ocean and Atmospheric Administration (NOAA) Amerika. Menurut orbit satelit sateit NOAA bisa dibagi menjadi dua macam yaitu orbit geostasioner dan orbit polar. Satelit NOAA dengan orbit geostasioner adalah satelit yang memonitor belahan bumi bagian barat pada ketinggian 22.240 mil di atas permukaan bumi, sedangkan satelit NOAA dengan orbit polar adalah satelit yang memonitor bumi pada ketinggian 540 mil di atas permukaan bumi (NOAA 2008).
Satelit NOAA termasuk kedalam satelit sistem pasif dimana sumber tenaga utama untuk mengirim gelombang elektromagnetik berasal dari matahari. Pada umumnya satelit NOAA merekam suatu wilayah sebanyak 2 kali waktu siang dan 2 kali pada malam hari. Saat ini di atmosfer Indonesia melintas setiap hari lima seri NOAA yaitu NOAA 12, NOAA 14, NOAA 15, NOAA 16, NOAA 17. Stasiun bumi NOAA yang berada di Indonesia terletak di LAPAN, Kantor BRKP, Bitung, dan SEACORM. Aplikasi dari satelit NOAA adalah pemetaan distribusi hujan salju, pemantauan terhadap banjir, pemetaan vegetasi, analisa kelembaban tanah secara regional, pemetaan distribusi bahan bakar yang menyebabkan kebakaran liar (wildfire fuel mapping), pendeteksian kebakaran, pemantauan badai gurun dan macam-macam aplikasi yang berkenaan dengan gejala geografis, misalnya gunung api meletus.
AVHRR (Advanced Very High Resolution Radiometer) adalah sensor radiasi yang bisa digunakan untuk menentukan tutupan awan dan suhu permukaan. Sensor ini berupa radiometer yang menggunakan 6 detector yang merekam rediasi pada panjang gelombang yang berbeda-beda. Data AVHRR terutama digunakan untuk peramalan cuaca harian dan dapat diterapkan secara luas pada banyak lahan dan perairan. Data AVHRR data digunakan untuk membuat Peta Suhu Permukaan Laut (Sea Surface Temperature maps/SST Maps), dimana dapat digunakan untuk prediksi daerah tangkapan ikan.
KARAKTERISTIK SATELIT NOAA-AVHRR
Dimensi Tinggi : 165 in (4,19m)
Diameter : 74 in (1,88m)
Solar array area : 180,6 ft² (16,8 m²)
Berat 4920 lbs (2231,7 kg)
Daya (Hidup atau Mati) 879,9 W
Di Desain Sampai > 2 years
Orbit Ketinggian: 870 km
Kemiringan: 98,856˚
Waktu Matahari Lokal : 13:40
Berat Peralatan 982,5 lbs (445,6 kg)
Daya Peralatan 450 W
Rata-rata Waktu Matahari ketika Melewati Ekuator Sekitar 14:00
Rata-rata Ketinggian 870 km

KARAKTERISTIK PANJANG GELOMBANG SATELIT
KARAKTERISTIK PANJANG GELOMBANG SATELIT NOAA-AVHRR
SALURAN RESOLUSI PANJANG GELOMBANG (µm) PENGGUNAAN
1 1.09 km 0.58-0.68 Pemetaan awal dan permukaan siang hari
2 1.09 km 0.725-1.00 Batas daratan dan perairan
3A 1.09 km 1.58-1.64 Deteksi salju dan es
3B 1.09 km 3.55-3.93 Pemetaan malam hari dan suhu permukaan laut
4 1.09 km 10.30-11.30 Pemetaan malam hari dan suhu permukaan laut
5 1.09 km 11.50-12.50 Suhu permukaan laut

Senin, 20 Oktober 2014

RESUME PENGUKURAN KERANGKA HORIZONTAL

PENGUKURAN KERANGKA HORIZONTAL
  • Pengertian posisi horizontal dalam ilmu ukur tanah adalah tempat kedudukan titik dipermukaan bumi yang telah diproyeksikan terhadap suatu bidang datar tertentu, yang besarnya sudah ditentukan.
  • Sistem koordinat disini adalah system koordinat kartesian dimana bidang datarnya merupakan sebagian kecil dari permukaan elipsioda bumi. 
  • Kerangka dasar Horizontal ini terbagi menjadi 6 metode, yaitu:
a.       Polygon
Ialah salah satu cara untuk menentukan koordinat yang memiliki banyak.
b.      Triangulasi
      Ialah serangkai segitiga yang seluruh sudutnya diukur di lapangan.
c.       Trilaterasi
      Ialah serangkai segitiga yang seluruh jaraknya diukur di lapangan.
d.      Triangulaterasi
      Ialah Kombinasi antara Triangulasi dan Trilaterasi.
e.       Kwadrilateral
    Ialah sebuah bentuk segiempat panjang tak beraturan dan diagonal, yang seluruh sudut dan jaraknya diukur.
f.       Pengikatan ke muka (intersection)/daerah sempit
      Pengikatan ke muka dilakukan dengan :
     Theodolit berdiri di atas titik/patok yang telah diketahui koordinatnya & rambu ukur diletakkan diatas titik yang ingin diketahui koordinatnya.
g.      Pengukuran ke belakang
      Pengikatan ke belakang dilakukan dengan :
     Theodolit berdiri di titik yang belum diketahui koordinatnya, target/rambu ukur didirikan di atas titik/patok yang telah diketahui koordinatnya. 
  • Pengukuran dan pemetaan poligon merupakan salah satu metode pengukuran dan pemetaan. Kerangka dasar horizontal yang bertujuan untuk memperoleh koordinat planimetris (x,y) titik-titik pengukuran.
    Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal (KDH) :
    a. Metode titik tunggal
    b. Pengikatan kemuka
    c. Pengikatan kebelakang
    Pengikatan kebelakang di bagi dua metode:
    a. Metode collins
    b. Metode cassini
    c. Metode titik banyak
    Banyak titik di bagi lima metode :
    a. Metode poligon
    b. Metode triangulasi
    c. Metode trilaterasi
    d. Metode triangulterasi
    e. Metode kuadrilateral
     
    • a. Polygon tertutup
       
     
  • Metode polygon adalah salah satu cara penentuan posisi horizontal banyak titik dimana titik satu dengan yang lainnya dihubungkan satu sama lain dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian titik-titik (poligon).
               

Jumat, 10 Oktober 2014

UTM Resume 3


* Sistem grid UTM adalah sistem grid yang bersifat universal, membagi seluruh wilayah permukaan bumi menjadi 60 bagian yang disebut sebagai zone UTM. Masing - masing zone UTM dibatasi oleh 2 buah meridian dengan lebar 60 bujur dan 80 lintang. 
* Berikut ukuran bumi dalam angka :
Ellipticity: 0.003 352 9
Mean radius: 6,372.797 km
Equatorial radius: 6,378.137 km
Polar radius: 6,356.752 km
Aspect Ratio: 0.996 647 1
radius equatornya lebih panjang dari pada radius kutub
 Secara garis besar sistem proyeksi peta bisa dikelompokkan berdasarkan pertimbangan intrinsik, yaitu :
* Sifat asli yang dipertahankan:
  • Proyeksi Ekuivalen: Luas daerah dipertahankan: luas pada peta setelah disesuikan dengan skala peta = luas di asli pada muka bumi.
  • Proyeksi Konform: Bentuk daerah dipertahankan, sehingga sudut-sudut pada peta dipertahankan sama dengan sudut-sudut di muka bumi.
  • Proyeksi Ekuidistan: Jarak antar titik di peta setelah disesuaikan dengan skala peta sama dengan jarak asli di muka bumi. 
    * Cara penurunan peta:
    • Proyeksi Geometris: Proyeksi perspektif atau proyeksi sentral.
    • Proyeksi Matematis: Semuanya diperoleh dengan hitungan matematis.
    • Proyeksi Semi Geometris: Sebagian peta diperoleh dengan cara proyeksi dan sebagian lainnya diperoleh dengan cara matematis.
 
 
*Posisi Geografis Indonesia dari 95 – 140 derajat BT, 6 derajat LU – 11 derajat LS,
dan 8 zone UTM (zone 47 – 54).